Bayangkan seorang dokter ketika hendak melakukan tes darah untuk mengetahui penyakit seorang pasiennya harus mengambil seluruh darahnya. Atau seorang mahasiswa jurusan teknik lingkungan harus mengambil seluruh air sungai untuk mengetahui kandungan logam berat di dalamnya. Bagaimana jika perusahaan bola lampu harus menguji daya tahan nyala lampu untuk semua produksinya? Sudah tentu hal tersebut mustahil dilakukan melainkan hanya menggunakan sampel.
Pemilihan sampel untuk mewakili keadaan populasi sangat lazim digunakan saat ini dan merupakan bagian dari kegiatan statistik. Hampir di segala aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, kependudukan, politik, pertahanan dan keamanan, serta yang lainnya tak terpisahkan dari statistik.
Kegiatan statistik pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu sensus dan survei. Sensus ialah kegiatan statistik untuk mendapatkan informasi dari suatu populasi secara menyeluruh dan menurut UU. Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik, kegiatan sensus di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
Survei sendiri merupakan kegiatan statistik yang sangat populer, tidak perlu meneliti seluruh unit populasi namun cukup diambil beberapa sampel saja. Selain itu survei lebih ekonomis dari segi biaya dan dapat merekam informasi tentang karakteristik suatu populasi lebih lengkap.
Data statistik dipandang dari beragam sudut pandang dan juga kepentingan yang membuatnya begitu terkenal di kalangan tertentu bahkan bisa jadi “senjata mematikan” jika disalahgunakan. Dewasa ini terjadi krisis kepercayaan publik terhadap kualitas data statistik yang dihasilkan. Masyarakat belum sepenuh hati mempercayai apalagi menerima data statistik.
Lalu apakah data statistik itu harus disalahkan? Belum tentu, selama kaidah-kaidah dalam menghasilkan suatu data statistik dari perencanaan, pelaksanaan, dan penyajian terpenuhi secara tepat maka data statistik tidak patut disalahkan.
Justru pengguna data statistiklah yang dituntut secara moral mempertanggung jawabkan penggunaan data tersebut. Data statistik yang dihasilkan tidak memihak pada pihak mana pun, tapi pihak-pihak itulah yang kadang keliru dalam mengintepretasikan data statistik.
Dalam mengintepretasi data, sebaiknya dan sudah seharusnya kita sebagai pengguna mengerti akan konsep dan definisi dari data tersebut. Informasi yang dihasilkan oleh data statistik sangat tergantung pada asumsi-asumsi yang melekat padanya. Sebaiknya kita mengerti “apa itu penduduk miskin dan penduduk hampir miskin? bagaimana kriteria orang yang dikatakan miskin?” dan masih banyak konsep dan definisi lainnya yang selalu dicantumkan dalam setiap rilis resminya.
Pengguna data statistik datang dari berbagai kalangan salah satunya mahasiswa. Mahasiswa merupakan pengguna data statistik dari kalangan akademisi. Hampir di setiap awal masuk kuliah dan tugas akhir, mahasiswa selalu dihadapkan dengan statistik. Pendapat umum yang dilontarkan sebagian mahasiswa tentang statistik ialah “statistik itu susah”. Harus diakui statistik itu susah karena dalam menguasai teknik-teknik statistik dituntut untuk paham dasar-dasar matematika, aljabar, kalkulus dan lain-lain.
Secara Umum yang Harus diketahui
Data statistik yang dihasilkan tentu penuh dengan makna dan deskripsi tentang realitas yang dipotret. Tentu akan sangat mubazir jika data yang dihasilkan hanya berakhir dirak-rak cantik tanpa disebarluaskan informasinya. Sosialisasi tentu telah dilakukan oleh penyedia data statistik (BPS) baik dengan cara rilis berita resmi statistik, poster-poster statistik, internet dan iklan layanan masyarakat.
Data mencerdaskan bangsa, slogan BPS tentang pentingnya data akan lebih bermanfaat jika turut dalam sosialisasi data statistik adalah mahasiswa. Mensosialisasikan data statistik dapat mewakili isi tri dharma perguruan tinggi. Mahasiswa dapat belajar menganai cara-cara yang tepat dalam negintepretasikan data, melakukan analisis tentang data yang dirilis dan yang terpenting dengan monsialisasikan data statistik kepada masyarakat sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat.
Berkaitan dengan Idealisme
Jika dicermati, semangat mahasiswa sangat mirip dengan statistik. Mahasiswa yang pada dasarnya memiliki idealisme yang tinggi dan akan berdiri di tengah-tengah masyarakat menyuarakan kebenaran. Mahasiswa akan mengatakan salah itu salah dan benar itu benar, suatu nilai yang juga terkandung dalam data-data statistik.
Jika ditarik ke belakang, kata idealisme pertama kali digunakan dalam dunia filsafat pada abad 18 yaitu Leibniz. Idealisme terpikirkan oleh Plato yang berarti dunia dalam jiwa (pada hakikatnya). Dapat disimpulkan idealisme merupakan keyakinan pada individu berdasarkan pengetahuan, budaya, kebiasaan, nilai-nilai dll.
Mahasiwa yang berpegang teguh pada idealisme tentu tidak mudah terpengaruh oleh rayuan-rayuan diiringi kipasan kertas pihak tertentu, begitu pula data statistik yang akan “berkata” apa adanya. Kolaborasi antara idealisme mahasiswa dan statistik akan berdampak positif. Seorang mahasiswa dengan idealismenya dapat menggunakan data statistik secara kritis dan tentunya idealisme mahasiswa yang masih bisa dipercaya akan membuat data statistik tersosialisasikan secara maksimal.
Peranan Penting
Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan suatu negara tidak terlepas dari data statistik. Dengan data statistik arah kebijakan pembangunan lebih efisien dan tepat sasaran. Dalam dunia sastra-fiksi, Sherlock Holmes berpendapat “It is a capital mistake to theorize before one has data.”
Pembangunan juga melibatkan peran mahasiswa yang sangat vital. Sejarah mencatat peristiwa kebangkitan nasional, sumpah pemuda, proklamasi, dan reformasi tak lepas dari semangat pemuda yang ada pada diri mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi penerus yang akan mengarahkan kemana dan apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang.
Mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan mampu menjadi pahlawan masyarakat di tengah ketidakberdayaan bangsa ini melawan aktor-aktor perusak. Data statistik dapat digunakan sebagai media penyuaraan kebenaran dan tindakan nyata sambil juga data tersebut dikritisi agar tidak ditindihi kepentingan pihak tertentu.
Suatu ketertinggalan jika mahasiswa tidak mengerti statistik. Mahasiswa akan tidak mengetahui arah dan upaya yang harus dilakukan dalam mengkritisi keadaan yang ada. Misalnya mahasiswa hendak mengadakan kegiatan pengobatan gratis bagi rakyat miskin di suatu daerah. Namun apa yang terjadi bila mahasiswa penyelenggara tidak mengetahui sebaran penduduk miskin di daerah tersebut? Sudah bisa dipastikan tujuan pengobatan gratis bagi rakyat miskin sulit tercapai, bahkan bisa saja orang kaya menikmatinya.
Ilustrasi tersebut memang sangat tidak mewakili pengandaian yang sebenarnya. Tetapi setidaknya dapat memberi gambaran bahwa sangat penting bagi mahasiswa mengerti dan paham mengenai data statistik. Antusiasme mahasiswa yang tinggi dibarengi representatif dari data statistik akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dan tentunya mempercepat realisasi tujuan pembangunan nasional.
Sumber
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar